Realita Hidup dalam Kesenjangan: Catatan Perjalanan Ke Kota Tua

Ditulis 5 Agustus 2009 oleh hmiks09
Kategori: Keilmuan YOI!

Orang bilang hidup di Jakarta itu keras. Ada juga yang bilang hidup di Jakarta mesti tahan banting. Dan memang seperti itulah kenyataannya. Setidaknya seperti yang bisa kami simpulkan dari hasil perjalanan kami ke Kota Tua Jakarta.

Jadi, pada hari Kamis, 30 Juli 2009, saya dan teman-teman yang tergabung dalam divisi keilmuan HMIKS mengadakan acara jalan-jalan ke Kota Tua, Jakarta Utara. Tujuan kami mengadakan perjalanan ini tidak hanya untuk bermain-main saja, namun  juga untuk melihat realita sosial yang dapat kami temui sepanjang perjalanan.

Perjalanan kami awali di stasiun UI, Depok. Dari situ kami langsung menuju ke Kota Tua menggunakan kereta api kelas ekonomi. Kami sengaja memilih kereta ekonomi karena selain murah kesempatan untuk menemukan realita sosial juga lebih besar.

Sebenanrnya, jika semua orang berusaha untuk lebih peka maka akan mudah sekali mereka temukan realita-realita sosial dalam setiap kesempatan. Di sepanjang gerbong kereta mudah sekali kami temui orang-orang berjualan. Ada yang mengamen dan ada juga yang mengemis.   

Para pedagang, pengemis, dan pengamen itu berjalan hilir mudik dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Mereka berusaha menarik perhatian para penumpang yang pada hari itu terlihat sangat apatis.

Tiba-tiba kami melihat seorang laki-laki tua yang kakinya pincang. Ia merayap di lantai gerbong membawa sapu kecil dan menyapu kotoran di lantai. Dengkulnya hitam karena terlalu lama berada di lantai gerbong yang kotor. Ia menengadahkan tangan kepada penumpang-penumpang meminta sedikit receh. Sangat sulit untuk tidak bisa merasa iba.

Dari sini saya menangkap pelajaran bahwa banyak orang yang rela melakukan apa saja hanya untuk bertahan hidup di Jakarta.

Akhirnya kereta kami tiba di stasiun Kota dengan selamat. Stasiun Kota memiliki bangunan yang unik dengan langit-langit melengkung yang tinggi. Persis bangunan Eropa.

Dari stasiun kami berjalan kaki menuju museum Fatahillah. Jalanan yang kami lalui sangat padat kendaraan. Angkot dan bus seakan-akan tidak mau mengalah dalam jalanan yang padat merayap seperti itu. Kesan kami terhadap Kota Tua langsung menurun melihat jalanan yang semrawut tersebut.

 Kota Tua Jakarta

Jarum jam menunjukkan pukul dua siang lewat beberapa menit. Kami telah sampai di museum Fatahillah. Banyak sekali pengunjung di museum ini. Turis asing juga lumayan banyak.

Pemandangan di museum Fatahillah memang indah. Keunikan bangunan-bangunan khas Belanda mungkin telah menarik perhatian para turis. Jumlah pengunjung pada hari itu lumayan banyak walau menurut pengakuan salah seorang penyewa sepeda pengunjung pada hari libur bisa lebih banyak daripada hari-hari biasanya.

 Sepeda-sepeda onthel yang disewakan di Kota Tua

Salah satu ciri khas museum Fatahillah adalah adanya sepeda-sepeda onthel yang disewakan untuk berkeliling Kota Tua. Kami pun ikut mencoba mengelilingi kota dengan sepeda itu. Harga sewa per jam nya Rp. 20.000,-.

Tiba-tiba muncul inisiatif dari ka Anis, salah satu anggota kami, untuk mewawancarai salah seorang penyewa sepeda itu. Kami pun akhirnya bertemu seorang pemuda, yang kemudian kami ketahui berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.

Pemuda itu, sebut saja Mas Irwan, ternyata bukan pemilik sepeda-sepeda itu. Ia cuma bertugas menjaga sepeda-sepeda itu oleh pemiliknya. Menurut penuturannya, dengan bertugas menjaga sepeda ia mendapat penghasilan yang cukup untuk makan sehari-hari. Kalau hari libur ia bisa mendapat penghasilan tiga kali lipat lebih banyak. Pendapatannya itu juga ia gunakan untuk membayar uang kontrakan.

Kendati demikian, Mas Irwan menjawab pertanyaan kami dengan mimik muka yang tak pasti. Ia tampak pasrah ketika mengatakan bahwa penghasilannya bisa dibilang cukup. Mungkin arti sebenarnya ia berusaha men’cukup-cukup’kan kebutuhannya dengan penghasilannya.

Menurut Mas Irwan lagi, hadirnya turis asing  ternyata tidak menambah pendapatan para penyewa sepeda itu. Menurutnya, turis asing justru lebih perhitungan dibanding turis lokal. Kendala bahasa juga menjadi alasan miskomunikasi. Pernah suatu kali ada turis asing yang menawar harga sewa, ia berkata “five..five”. Mas Irwan mengira “five” berarti lima puluh ribu. Ternyata turis itu hanya membayar lima ribu saja.

Hari sudah Sore. Kami pun berpisah untuk pulang. Saya kemudian naik busway untuk bisa sampai rumah dengan aman dan cepat. Di halte busway yang moderen tersebut ternyata masih saja ada peminta-minta.

Dalam perjalanan pulang yang nyaman di dalam busway saya masih menyimpan satu pertanyaan. Mengapa bisa kota yang dipenuhi dengan gedung-gedung yang megah dipenuhi orang-orang yang kesejahteraannya ternyata masih memprihatinkan?.

Akhirnya, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa masyarakat Jakarta berada dalam realita hidup yang kontras, sangat senjang, dan tidak seimbang. Di kota ini terdapat orang-orang yang hidup mewah dalam bangunan yang megah, namun ada juga orang-orang yang tidak bertempat tinggal dan rela melakukan apa saja hanya demi sesuap nasi.

Dipostkan oleh: Mariam Aviatina Ulfah

Nulis Yuk!

Ditulis 2 Agustus 2009 oleh hmiks09
Kategori: Keilmuan YOI!

writing_by_after_the_party

 

Seringkali kita terlalu fokus dengan apa yang tidak kita bisa, masalah atau pun hambatan-hambatan yang akan kita temui di depan sana, kita mudah sekali untuk berpikir negatif tentang hal-hal yang sebenarnya hanya asumsi yang belum terbukti padahal jika kita INGIN MAJU, kita hanya perlu bekal “SAYA MAU DAN SAYA PASTI BISA!”. suatu keinginan besar yang berlandaskan pada KEYAKINAN dan RASA MENGHARGAI DIRI SENDIRI yang besar. Yakinlah bahwa Sang Arsitek Agung tak pernah Menciptakan barang reject. Ia selalu Memberikan kelebihan pada setiap ciptaannya. Bahkan, mereka yang kurang beruntung pun (para diffable) banyak yang dapat menemukan mutiara yang berkilau pada diri mereka karena mereka mau bersusah payah menyelam ke dasar samudra hati mereka untuk menemukan karunia yang sebenarnya sudah ada dalam diri mereka sendiri.

Sama halnya dengan menulis. Setelah berdiskusi dengan beberapa orang tentang menulis dan sempat mendapatkan masukan yang cukup menohok tentang bagaimana membawa kebodohan kita menjadi sebuah kecerdasan penyampaian pesan. Bagaimana kita belajar untuk dipelajari dan dimengerti. Saya merasa tertantang untuk membuat sebuah karya tulis. Karya tulis yang seperti apa saya juga belum tahu pasti, tapi hal pertama yang paling saya inginkan adalah membuat satu karya yang jujur, yang benar-benar menggambarkan ketulusan saat menulisnya, sebagaimana sekarang ini saya pun sedang belajar untuk jujur dalam menyapukan kuas dalam kanvas hati ini.

Ngomong-ngomong soal nulis, baru saja membaca buku milik teman yang berjudul Inspiring Words for Writers karya Mohammad Fauzil Adhim yang ringkas namun berbobot. Isinya merupakan kumpulan kata-kata yang menginspirasi para penulis tenar seperti Salim A. Filah, Kang Abik dsb dalam menyemangati diri ketika sedang membuat tulisan.

Saya mengambil intisari dari bab pertama buku ini — On Becoming A Writers… yang seolah menjawab berbagai keluhan kita saat hendak menulis seperti…

Gimana caranya menjadi seorang penulis?

Resep yang baik untuk menjadi penulis adalah MENULIS SEKARANG JUGA!

Tapi takut jelek…

Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya, sementara penulis yang berbakat sukses selalu MENEMUKAN ENERGI di setiap kegagalannya

Hal yang mengganjal kita untuk memulai menulis adalah menginginkan karya kita disanjung oleh orang lain sedangkan sikap yang memecahkan kebuntuan tersebut adalah APA ADANYA dalam menuturkan kebenaran 

Gimana cara memulainya?

Resep berikutnya dalam menulis adalah “TUANGKAN SAJA!” apa yang ada dalam pikiran dan hatimu

Seringkali kita bingung dalam membuat suatu awalan dalam menuliskan suatu gagasan padahal AWALAN TERBAIK adalah gagasan itu sendiri

Gak mood nih…

Para pemalas seringkali menggunakan mood sebagai alasan untuk tidak bertindak, sedangkan para idealis bertindak MENGENDALIKAN MOOD untuk menghalau kemalasan. begitu juga dengan menulis! dan mood itu bangkit karena KEINGINAN KUAT kita untuk MENYAMPAIKAN ILMU DAN KEBENARAN

Karyaku jelek dan dikritik orang…

Orang yang berbakat gagal akan melihat masalah sebagai hambatan sedangkan orang sukses MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN yang membuat hidup menjadi lebih bergairah

Tapi aku nggak bakat nulis…

Tanpa bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat. Namun tanpa KEGIGIHAN, seorang penulis berbakat tak akan berarti apa-apa

Lalu apa yang akan kutulis?

Masalah yang PALING MUDAH ditulis adalah apa pun yang kita YAKINI, ALAMI dan RASAKAN

Saya sudah bisa menulis, lantas apa lagi?

Seandainya semua orang memiliki kecerdasan yang sama dalam menulis, maka KESABARANlah yang membedakannya

TIDAK ADA HARI ESOK JIKA KITA TIDAK MENULIS HARI INI!

 

Alami! Menulislah sekarang juga! Jika memang harus melompat-lompat tak apa. Boleh jadi akan menjadi lompatan yang indah!

Tulis apa pun yang terlintas dalam pikiran. Jangan menoleh ke belakang sebelum menyelesaikan satu tulisan. Jangan sibuk memperbaiki kalau tulisanmu belum selesai. Revisilah setelah jadi.

Oya, satu hal lagi, BERDOAlah ketika hendak membuat sebuah tulisan karena Allah yang akan menggerakkan jiwa dan tangan kita untuk melahirkan karya yang istimewa dan bermanfaat

 

SEMANGAT BERKARYA KAWAN!!!

(-^___________________^-) /

 

 

Ahad, 2 Agustus 2009

NEP, Kessos 2007

Permulaan Blog Kami

Ditulis 30 Juni 2009 oleh hmiks09
Kategori: Uncategorized

Layaknya segala hal di dunia yang terbentuk dari sebuah permulaan. Maka sama halnya blog ini dibuat dari sebuah permulaan dimana kami, segelintir mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial yang tergabung dalam divisi keilmuan, memulai ide untuk membuat sebuah blog bagi keberadaan HM kami.

Ide brilian itu kemudian kami tuangkan dalam bentuk blog wordpress ini. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada semua pihak terkait, dalam hal ini semua mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial dari semua angkatan (baik yang masih kuliah maupun yang sudah lulus), agar menuangakan ide dan pemikirannya mengenai bidang ilmu kita dalam blog ini.

Dengan adanya dukungan dari kawan-kawan, baik pihak pembaca maupun pihak penulis, maka insyaAllah kesinambugan blog ini dapat terealisasikan. Dan itu lah harapan terbesar kami.

Semoga dengan dimulainya blog ini segala aspirasi dan bakat kawan-kawan HMIKS dapat tertampung dan semoga HMIKS semakin maju seiring berjalannya tahun.

Terima Kasih.

Mariam Aviatina Ulfah

Divisi Keilmuan 2009

Hello world!

Ditulis 30 Juni 2009 oleh hmiks09
Kategori: Uncategorized

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!